Bulakbaru adalah sebuah desa di pesisir barat kecamatan Kedung yang
terletak di sebelah selatan kabupaten Jepara, Jawa Tengah dengan luas wilayah wilayah
87 hektar yang terdiri atas 1 RW dan 4 RT. Di
sebelah timur, desa Bulakbaru berbatasan dengan desa Bugel, di sebelah selatan
berbatasan dengan desa Panggung, di sebelah utara berbatasan dengan desa
Tanggul Tlare, dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan laut Jawa.
Desa Bulakbaru dulunya bernama desa Bulak yang merupakan singkatan dari
Bugel pinggir Lak atau Bugel yang dekat dengan sungai yang menuju laut. Akibat
lokasinya yang berbatasan langsung dengan laut, daratan desa Bulak selalu
mengalami pengikisan atau abrasi . Pada tahun 1971, proses abrasi yang cukup
parah serta bencana angin puting beliung menyebabkan desa Bulak harus
direlokasi ke arah timur kurang lebih 1 kilometer. Sebelas tahun kemudian, desa
Bulak kembali dilanda bencana abrasi yang cukup parah disertai dengan badai
besar yang merendam rumah – rumah dan jalan sehingga penduduk terpaksa
mengungsi ke desa Semat, teluk Awur, dan desa – desa sekitar dengan menggunakan
perahu. Pemerintah daerah Jepara pun merelokasi desa Bulak dengan memberikan
tanah persawahan desa Bugel yang terletak di sebelah timur desa Bulak yang pada
akhirnya disebut sebagai desa Bulakbaru.
Kondisi desa Bulakbaru yang selalu dikejar – kejar laut menyebabkan
perkembangan desa menjadi terhambat. Pembangunan sarana dan prasarana seperti
listrik, air, maupun sekolah sulit untuk dilakukan. Pada tahun 1985, Lembaga
Pengabdian Masyarakat (LPM) UNDIP, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan), serta Pemkab Jepara sepakat menjadikan desa Bulakbaru sebagai desa
binaan. Program desa binaan yang diterapkan antara lain penghijauan, pembangunan
instalasi listrik tenaga angin, dan pembangunan sumur.
Tiga puluh tahun setelah ditimpa musibah yang besar, desa Bulakbaru sudah
lebih berkembang. Desa ini sudah memiliki fasilitas listrik dan air. Untuk
menunjang pendidikan, telah berdiri sebuah taman bermain dan taman kanak-kanak
Bahari, serta SDN Bulakbaru. Dalam bidang
kesehatan, desa Bulakbaru yang berada di wilayah Puskesmas Kedung 1 memiliki
poliklinik desa beserta bidan penanggungjawab sebagai perpanjangan tangan.
Dalam bidang ekonomi, masyarakat secara mandiri mengembangkan usaha pengukiran
kayu, pembuatan meubel, pewarnaan kain tenun, serta pengelolaan tambak garam.
Walaupun demikian, dalam bidang lingkungan, desa Bulakbaru masih dikejar masalah
yang sama, yaitu pengikisan oleh air laut. Pada tahun 1995, Institut Teknologi
Bandung (ITB) membuat pemecah gelombang, namun air tetap menembus dan sekarang
telah tertutup air laut. Sabuk pantai yang kedua dibuat oleh pihak BLH
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 dan
masih bertahan hingga sekarang. Setiap tahunnya, garis pantai Bulakbaru mundur
50 – 100 meter. Masalah lingkungan lain juga
muncul akibat kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, yaitu banjir
saat musim hujan.
Melihat lokasi serta keunikan mata pecaharian masyarakatnya, desa
Bulakbaru memiliki potensi budaya dan lingkungan untuk dikembangkan menjadi
daerah wisata. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata juga mampu menjadi
salah satu usaha pencegahan abrasi dan menjadi motor bagi masyarakat untuk
menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. Akan tetapi, kesadaran dan
pengetahuan masyarakat akan potensi tersebut masih minim. Dengan adanya data
mengenai potensi wisata ini diharapkan dapat memberikan informasi dan digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan pengembangan dan
pengelolaan pariwisata di desa Bulakbaru..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar